Penyebab
Turunnya Adam dan Hawa dari Surga dalam al-Qur'an dan Bible Persperktif
Feminisme Muslim: Sebuah Telaah Ulang
Oleh:
M. Syafi’, S.Th.I.[1]
A.
Pendahuluan
Persoalan paling menarik untuk diperbincangkan
dalam kisah turunnya Adam dan Hawa bagi kalangan Feminis Muslim adalah
teks-teks "sensitif gender", yaitu penyebab turunnya Adam dan Hawa
dari Surga, baik yang terdapat dalam al-Qur'an maupun Bible sebagai kajian
komparasi teks kali ini. Hal ini juga didukung bahwa Penuturan kisah dalam
al-Qur’an hanya bersifat global dan hanya sebgai media untuk menyampaikan
pesan-pesan moral yang ada padanya. Maka tidak heran jika penyampaian kisah
dalam al-Qur’an tidak banyak menyebutkan tempat, nama, sejarah dan lain
sebagainya. Berbeda dengan Perjanjian Lama dan Perjajian Baru yang termuat
dalam Bible banyak menyebutkan kisah-kisah tersebut lebih detail. [2] Hal
inilah yang kadang menyebabkan pemaparan
kisah-kisah terutama kisah tentang Adam dan Hawa terkesan “terpotong” karena
kurang detailnya penturan kisah-kisah tersebut dalam al-Qur’an. Padahal penafsiran tersebut masih memerlukan
komparasi antar kedua teks (al-Qur’an dan Bible), untuk mendapatkan konfirmasi
informasi yang komprehensif, tanpa menegnyampingkan aspek teologis.
Feminis Muslim, lahir di samping untuk menyuarakan hak-hak
perempuan, juga untuk menyuarakan kesetaraan gender melalui kritik teks.
Sehingga ketika terdapat teks-teks yang terkesan bias gender, baik dalam
al-Qur'an maupun Bible akan dianggap sebagai teks yang patriarkis. Dengan
"hermenutika feminis",[3]
feminis Muslim membangun paradigama bahwa
al-Qur'an adalah teks yang "mendukung kesetaran gender",
kemudian diguanakan untuk melakukan tafsir terhadap Bible, yang memuat teks
"sensitif gender", terutama penyebab turunnya Adam dan Hawa dari
surga.
Untuk membuktikan
apakah kisah trurunnya Adam dan Hawa dari surga dalam teks Bible terdapat “bias
gender” atau tidak, inilah yang menjadi kajian dalam tulisan ini. Namun sebelum
membicarakan bentuk penafsiran Feminis Muslim
kisah Adam dan Hawa turun dari surga dalam kedua teks al-Qur'an dan
Bible, terlebih dahulu akan penulis deskripsikan persamaan dan perbedaan kisah
tersebut, untuk kemudian dikaji melalui analisis komparatif, dalam rangka
membuktikan ada dan tidaknya anggapan feminis Muslim tentang bias jender
dari kisah tersebut dalam Bible.
B.
Persamaan Kisah
Turunnya Adam dan Hawa/Eva dari Surga dalam Teks al-Qur’an dan Bible.
Untuk mengkaji
komparasi kisah turunnya Adam dan Hawa dalam al-Qur'an dan Bilble, terlebih
dahulu penulis paparkan dari sisi persamaan kisah tersebut dan yang berkaitan
dengannya sebagaimana berikut:
1.
Surga Tempat Adam dan
Hawa
Dalam al-Qur'an disebutkan dan Bible,
bahwa Adam dan Hawa tinggal di surga. Sebagaimana Q.S. al-baqarah: 35 dan Q.S.
al-A'raf: 19:
$uZù=è%ur ãPy$t«¯»t ô`ä3ó$# |MRr& y7ã_÷ryur sp¨Ypgø:$# xä.ur $yg÷ZÏB #´xîu ß]øym $yJçFø¤Ï© wur $t/tø)s? ÍnÉ»yd notyf¤±9$# $tRqä3tFsù z`ÏB tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÌÎÈ
Artinya: Dan kami berfirman: "Hai
Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini[37], yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim. (Q.S. al-baqarah: 35).
ãPy$t«¯»tur ô`ä3ó$# |MRr& y7ã_÷ryur sp¨Yyfø9$# xä3sù ô`ÏB ß]øym $yJçFø¤Ï© wur $t/tø)s? ÍnÉ»yd notyf¤±9$# $tRqä3tFsù z`ÏB tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÊÒÈ
Artinya: (Dan Allah berfirman): "Hai Adam
bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua
(buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati
pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S.
al-A'raf: 19).
Surga
sebagai tempat Adam dan hawa tinggal juga disebutkan dalam P.L: Kejadian: 2:8,15
dan 3:2-3:
"Selanjutnya
TUHAN Allah membuat taman Eden, disebelah timur; di situlah ditemapatkan-Nya
manusia yang dibentuknya itu."(Kejadian, 2:8).[4]
"TUHAN
Allah mengambil manusia itu dan menempatkannyadalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memlihara taman itu." (Kejadian, 2; 15). [5]
"Lalu sahut perempuan itu kepada
ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan." (1).
tetapi tentang pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: janagn
kamu makan atau pun raba buah itu, nanti kamu mati." (kejadian, 3: 2-3).[6]
2.
Larangan Tuhan bagi Mereka Memakan Buah
Pohon di Surga
Dalam al-Qur'an dan Bible terdapat
persamaan larangan Tuhan untuk memmakan buah "pohon" dalam surga untuk
mereka berdua, sebagaiman dalam Q.S. al-baqarah: 35 dan Q.S. al-A'raf: 19:
$uZù=è%ur ãPy$t«¯»t ô`ä3ó$# |MRr& y7ã_÷ryur sp¨Ypgø:$# xä.ur $yg÷ZÏB #´xîu ß]øym $yJçFø¤Ï© wur $t/tø)s? ÍnÉ»yd notyf¤±9$# $tRqä3tFsù z`ÏB tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÌÎÈ
Artinya:
Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini,
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu
sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini[37], yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang yang zalim. (Q.S. al-baqarah: 35).
ãPy$t«¯»tur ô`ä3ó$# |MRr& y7ã_÷ryur sp¨Yyfø9$# xä3sù ô`ÏB ß]øym $yJçFø¤Ï© wur $t/tø)s? ÍnÉ»yd notyf¤±9$# $tRqä3tFsù z`ÏB tûüÏHÍ>»©à9$# ÇÊÒÈ
Artinya: (Dan Allah berfirman): "Hai Adam
bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua
(buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati
pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S.
al-A'raf: 19).
Sedangkan
larangan Tuhan untuk memakan buah pohon terhadap mereka berdua, disebutkan
dalam Bible, kejadian, 2: 16-17 dan kejadian, 3:2-3:
"Lalu Tuhan memberi perintah ini
kepada manusia: "semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya
dengan bebas (16). tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat
itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah
engkau mati." (kejadian, 2:16-17).[7]
"Lalu sahut perempuan itu kepada
ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan." (2).
tetapi tentang pohon yang ad di tengah-tengah taman, Allah berfirman: janagn
kamu makan atau pun raba buah itu, nanti kamu mati."(3). (kejadian, 3:
2-3).[8]
3.
Objek
Godaan Memakan Buah Pohon
Dalam
al-Qur'an dan bible, ketika berbicara persoalan siapa yang menjadi objek godaan
untuk memakan buah pohon memiliki kesamaan. Adam dan Hawa dalam kedua teks ini
disebutkan sama-sama menjadi objek. Hanya saja subjek penggoda dalam al-Qur'an
adalah setan sedangkan dalam Bibel adalah ular. Sebagaiman Q.S.
al-A'raf: 20-21;
}¨uqóuqsù $yJçlm; ß`»sÜø¤±9$# yÏö7ãÏ9 $yJçlm; $tB yͼãr $yJåk÷]tã `ÏB $yJÎgÏ?ºuäöqy tA$s%ur $tB $yJä38uhtR $yJä3/u ô`tã ÍnÉ»yd Íotyf¤±9$# HwÎ) br& $tRqä3s? Èû÷üs3n=tB ÷rr& $tRqä3s? z`ÏB tûïÏ$Î#»sø:$# ÇËÉÈ !$yJßgyJy$s%ur ÎoTÎ) $yJä3s9 z`ÏJs9 úüÏÛÅÁ»¨Y9$# ÇËÊÈ
20.
Maka
syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata:
"Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya
kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal
(dalam surga)". 21. Dan dia
(syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk
orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.S. al-A'raf:
20-21).
Sedangkan
dalam Bible disebutkan dalam Kejadian, 3:12-13:
"Manusia
itu menjawab: "Perempuan yang kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi
dari buah pohon itu kepadaku, maka ku makan." (12). Kemudian berfirmanlah
TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kau perbuat
ini?" jawab perempuan itu; "Ular itu yang memperdayakan aku, maka ku
makan." (13).
4.
Adam
dan Hawa Telanjang
Setelah
mereka memakan buah pohon dalam surga, maka mereka berdua telanjang dan malu,
kemudian mereka memanfaatkan daun surga untuk mentupi bagian tubuh mereka.
Sebagaiman dalam Q.S. Thaha: 121:
x2r'sù
$pk÷]ÏB
ôNyt7sù
$yJçlm;
$yJßgè?ºuäöqy
$s)ÏÿsÛur
Èb$xÿÅÁøs
$yJÍkön=tã
`ÏB
É-uur
Ïp¨Ypgø:$#
4
#Ó|Âtãur
ãPy#uä
¼çm/u
3uqtósù
ÇÊËÊÈ
Artinya:
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di)
surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. (Q.S. Thaha: 121).
Hal yang sama, bahwa ketika
mereka berdua memakan bauh pohon tersebut mereka kemudian malau dan menyematkan
daun yang terdapat dalam surga. Sebagaimana disebutkan dalam Bible, kejadian, 3:6-10:
"Perempuan
itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil
dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang
bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya (6). Maka terbukalah mata
mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka meneymat
daun pohon ara dan membuat cawat (7). Ketika mereka mendengar bunyi langkah
Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,
bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Tuhan Allah di antara
pohon-pohonan dala taman (8). Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan
berfirman kepadanya: "diamanakah engkau?" (9). Ia menjawab:
"Ketika aku mendengar, bahwa engkau
ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu
aku bersembunyi." (10).[9]
5. Panggilan
Tuhan dan Peringatan-Nya Terhadap Adam dan Hawa
Pada
saat Tuhan memanggil mereka berdua, maka mereka
sembunyi karena merasa malu ketika sedang telanjang, juga terdapat
persamaan dalam al-Qur'an dan Bible. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S.
al-A'raf: 22:
$yJßg9©9ysù 9ráäóÎ/ 4 $£Jn=sù $s%#s notyf¤±9$# ôNyt/ $yJçlm; $yJåkèEºuäöqy $s)ÏÿsÛur Èb$xÿÅÁøs $yJÍkön=tã `ÏB É-uur Ïp¨Ypgø:$# ( $yJßg1y$tRur !$yJåk5u óOs9r& $yJä3pk÷Xr& `tã $yJä3ù=Ï? Íotyf¤±9$# @è%r&ur !$yJä3©9 ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# $yJä3s9 Arßtã ×ûüÎ7B ÇËËÈ
Artinya: Maka syaitan membujuk keduanya
(untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya Telah merasai buah
kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka:
"Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku
katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
kamu berdua?" (Q.S. al-A'raf: 22).
Sedangkan dalam Bible, pernyataan bahwa
Tuhan memanggil, sedang mereka sedang telanjang juga disebutkan dalam Kitab
kejadian, 3:8-11:
Ketika
mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu
pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Tuhan
Allah di antara pohon-pohonan dala taman (8). Tetapi TUHAN Allah memanggil
manusia itu dan berfirman kepadanya: "diamanakah engkau?" (9). Ia
menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena
aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi." (10). Firman-Nya: "Siapakah yang memberithukan kepadamu,
bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang kularang
engkau makan itu?" (11).[10]
6.
Adam dan Hawa Turun
Dari Surga dan Permusuhan di Antara Keturunan Mereka
Setelah
mereka berdua melanggar larangan Tuhan untuk tidak memakan buah pohon terlarang
maka mereka diperinytah Tuhan untuk turun
dari surga dan mereka mendapatkan hukuman bahwa keturunan mereka akan
menjadi musuh bagi sebgaian yang lain. Sebagaimana Q.S. Thaha: 12:
tA$s% $sÜÎ7÷d$# $yg÷YÏB $JèÏHsd ( öNä3àÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 Arßtã ( $¨BÎ*sù Nà6¨ZtÏ?ù't ÓÍh_ÏiB Wèd Ç`yJsù yìt7©?$# y#yèd xsù @ÅÒt wur 4s+ô±o ÇÊËÌÈ
Artinya: Allah berfirman:
"Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh
bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
(Q.S.
Thaha: 12).
Begitu pula dalam Bible, permusuhan
antara keturunan meraka berdua juga disebutkan setelah mereka berdua diusir,
sebagaimana dalam Kejadian, 3:15:
"Aku akan mengadakan permusuhan
antara engkau dan perempuan ini, anatar keturunanmu dan keturunannya;
keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya."[11]
C.
Perbedaan
Kisah
Turunnya Adam dan Hawa/Eva dari Surga dalam Teks al-Qur’an dan Bible.
Al-Qur'an
dan Bible memang memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan tentang kisah-kisah
tentang umat terdahulu sebgaimana dikjlaskan dalam pendahuluan. Akan tetapi
al-Qur'an dilihat dari pemaparan kisah-kisah yang ada, terutama kisah tentang
turunnysa Adam dan Hawa, memang tidak sedetail dan sedemikian deskriptif
mengenai nama tempat, nama orang, ada di mana tempatnya dan sebagainya, karena
tujuan pemaparan kisah dalam al-Qur'an adalah penamapaia ideal moral dari kisah
yang disamapaikan.
Setelah
persamaan-persamaan kisah turunnya Adam dan Hawa dari
surga dalam teks al-Qu r’an dan Bible di atas, penulis akan paparkan beberapa
perbedaan yang cukup mendasar antara keduanya antara lain:
1.
Subjek Penyebab Adam
dan Hawa Diusir dari Surga
Pembahasan mengenai penyebab Turunnya
Adam dan Hawa dari surga adalah pemabahasan yang sangat signifikan, mengingat
persoalan ini merupakan salah satu sejarah yang masing-masing dua Kitab ini
mempunyai rekaman masing-masing. Persoalan ini juga menjadi ajaran teologis
masing-masing penganut Kitab ini. Dalam teologi kristen, dari persoalan ini
muncul sebuah kepercayan "dosa asal" (origin sin), sedangkan
dalam Islam tidak mengenal "dosa asal" (origin sin).
Terlepas dari perdebatan apa yang disebut (origin sin) itu
menjadi dogma yang bisa diyakini atau tidak
pada masing-masing penganut kedua teks tersebut, yang jelas penyebab
turunnya Adam dan Hawa dapat di lihat bahwa dalam al-Qur'an, secara jelas
disebutkan penyebab Adam dan Hawa memakan buah yang dilarang Tuhan dalam surga,
sehingga pada akhirnya mereka berdua turun dari surga dan diberi hukuman adalah oleh Setan. Sebagaimana disebutkan
dalam Q.S. al-A'raf: 20-21 dan Q.S. Thaha: 120:
}¨uqóuqsù $yJçlm; ß`»sÜø¤±9$# yÏö7ãÏ9 $yJçlm; $tB yͼãr $yJåk÷]tã `ÏB $yJÎgÏ?ºuäöqy tA$s%ur $tB $yJä38uhtR $yJä3/u ô`tã ÍnÉ»yd Íotyf¤±9$# HwÎ) br& $tRqä3s? Èû÷üs3n=tB ÷rr& $tRqä3s? z`ÏB tûïÏ$Î#»sø:$# ÇËÉÈ !$yJßgyJy$s%ur ÎoTÎ) $yJä3s9 z`ÏJs9 úüÏÛÅÁ»¨Y9$# ÇËÊÈ
21.
Maka
syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata:
"Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya
kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal
(dalam surga)". 21. Dan dia
(syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk
orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.S. al-A'raf:
20-21).
Zuqóuqsù Ïmøs9Î) ß`»sÜø¤±9$# tA$s% ãPy$t«¯»t ö@yd y79ßr& 4n?tã Íotyfx© Ï$ù#èø:$# 77ù=ãBur w 4n?ö7t ÇÊËÉÈ
Artinya: Kemudian syaitan membisikkan
pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan
kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (Q.S.
Thaha: 120).
Sedangkan
dalam Bible, disebutkan bahwa penyebab Adam dan hawa memakan buah pohon
larangan Tuhan, sehingga mereka turun dari surga adalah oleh Ular. Hanya saja
godaan tersebut pertama diarahkan kepada Hawa, kemudian Hawa memberikan buah
pohon kepada Adam pula. Sebagaimana dalam Kejadian, 3:1,4:
"Adapun Ular ialah yang paling
cerdik dari segala bintang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu
berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: semua pohon dalam
taman ini janagn kamu makan buahnya, bukan? (Kejadian,3:1).
" Tetapi ular itu berkata kepada
perempuan itu: "sesekali kamu tidak akan mati." (Kejadian, 3:4).
Dari
pemaparan kisah tersebut yang ada dalam al-Qur'an dan Bible, dapat dilihat
perbedaan yang sangat mendasar. bahwa dalam al-Qur'an Setan diakui sebagai
penyebab turunnya mereka berdua dari surga. Sementara dalam Bible, bahwa ular
adalah penyebab turunnya Adam dan Hawa.
2.
Objek
Rayuan Memakan Buah Terlarang
Dalam
al-Qur'an, objek rayuan untuk memakan buah larangan adalah kedua-duanya (Adam
dan Hawa) secara bersamaan, yang dilakukan oleh Setan. Sebagaimana dalam Q.S. al-A'raf: 20-21, di atas. Sedangkan dalam Bible, disebutkan
bahwa rayuan di arahkan kepad Hawa terlebih dahulu, yang dilakukan oleh ular.
Sebagaimana dalam Kejadian, 3:1-2:
"Adapun Ular ialah yang paling
cerdik dari segala bintang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu
berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: semua pohon dalam
taman ini janagn kamu makan buahnya, bukan? (Kejadian,3:1).
"Lalu sahut perempuan itu kepada
ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan."
(Kejadian, 3:2).
3.
Pengakuan Adam dan Hawa
ketika Tergoda Makan Buah Terlarang
Al-Qur'an
menyatakan pengakuan ini secara langsung dan tidak ada saling berkelindan di antara keduanya, karena mereka telah
diyatakan sendiri oleh Tuhan dalam al-Qur'an, bahwa keduanya tergoda oleh setan
secara bersamaan. Sebagaimana dalam Q.S. al-A'raf:22. Akan tetapi dalam Bible,
disebutkan bahwa terdapat semacam kelindan antara Adam dan Hawa. Bible
manyatakan pengakuan Adam yang digoda oleh Hawa, maka Hawa pun menyatakan bahwa
dirinya juga menjadi korban godaan ular sebelum ia "menggoda" Adam.
jadi dalam Bible, pada dasarnya yang menjadi peneyebab keduanya tergoda adalah ular.
Sebagaimana dalam Kejadian, 3:12-13:
"Manusia
itu menjawab: "Perempuan yang kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi
dari buah pohon itu kepadaku, maka ku makan." (12). Kemudian berfirmanlah
TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kau perbuat ini?"
jawab perempuan itu; "Ular itu yang memperdayakan aku, maka ku
makan." (13).
4.
Hukuman
Tuhan kepada Adam dan Hawa, serta Ular
Dalam
al-Qur'an hukuman Tuhan setelah merka melanggar diberikan kepada Adam dan Hawa,
berupa turun dari surga beserta setan pula dan permusuhan dintara anak
keturunnya. Untuk hukuman yang berupa
kutukan pada masing-masing Adam dan
Hawa tidak ada dalam al-Qur'an, sebgaimana dalam Q.S. al-Baqarah:36. sedangakan
dalam Bible: permusuhan hanya terdapat
pada Adam dan Hawa, serta keturunan mereka berdua, sebagaimana dalam Kejadian, 3:15.
Selain
hukuman berupa permusuhan pada Adam dan Hawa dan keturunannya, hukuman Tuhan dalam Bible juga bersifat individual.
Masing-masing Adam, Hawa dan Ular mendapatkan kutukannya masing-masing,
sebagaimana disebutkan dalam Kejadian, 3:14,16, 171819.
D.
Adam dan Hawa Turun dari Surga dalam
al-Qur'an dan Bible Persperktif Feminisme Muslim: Analisis komparatif
Dari pemaparan persamaan dan perbedaan
diatas, yang menjadi kajian menarik dan harus di kaji ulang adalah penafsiran
yang selama ini dilakukan oleh feminisme muslim terhadap teks-teks yang
mengandung "sensitif gender'. Dalam hal ini adalah Subjek penyebab turunnya adam dan Hawa dari surga.
Tafsir
Feminis tidak hanya terjadi dalam teks al-Qur'an. Akan tetapi juga terjadi
dalam teks-teks yang lain, dalam hal ini teks Bible, yang dianggap
mendiskriminasikan kaum wanita dan bias gender sehingga dapat digunakan melegitmasi pendapat-pendapatnya. Pada satu
sisi tafsir feminis memang sangat membantu menyuarakan dan mengkaji ulang
produk pemikiran yang dianggap patriarkis, sehingga dengan feminisme
kaum wanita yang dianggap kaum yang lemah
dan tidak setara dengan hak-hak nya dengab kaum laki-laki di berbagai
bidang. Akan tetapi terkadang kalangan
feminisme terkesan "memerkosa" teks yang tidak sesuai dengan
konteksnya untuk melegitimasi pendapatnya.
Penyebab turunnya Adam dan Hawa dari
surga di dalam Bible, dianggap oleh kalangan feminisme disebabkan oleh Hawa.
Paradigma yang dibangun oleh feminis itu merupakan paradigma tafsir yang
didahului oleh free undestunding bahwa teks-teks yang mengandung
persoalan gender harus ditafsirkan dengan "hermeneutika feminis", meskipun
itu bedasarkan paradigma "kesetaran gender" yang diambil dari al-Qur'an. Sehingga kesimpulan yang dihasilkan oleh
mereka adalah adanya bias gender, yaitu wanita (Hawa) selalu menjadi penyebab
Adam turun dari surga dan mendapatkan kutukan sebagai dosa asal (origin sin).
Terlepas
dari ada dan tidaknya original sin dalam teologi kristen. Yang jelas
kalangan feminis manyatakan bahwa
peneyebab dosa asal adalah Hawa, sehingga nampak sekali dalam teks Bible
menurut mereka adalah teks yang patriarki. Hal ini terjadi ketika feminisme
muslim melakukan komparasi tentang penyebab turunnya adam dan Hawa dari surga
dari bunyi teks al-Qur'an dan Bible. Feminisme muslim dengan paradigma
"kesetaraan gender" al-Qur'an, meng-klaim bahwa peneybab turunnya
Adam dan Hawa adalah karena godaan setan, bukan karena Hawa, sebagaimana dalam
Q.S. al-A'raf: 20-21 dan Q.S. Thaha: 120:
"Maka
setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata:
"Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya
kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal
(dalam surga)". 21. Dan dia
(syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk
orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.S.
al-A'raf: 20-21).
Ayat
di atas kemudian digunakan untuk "membongkar" nuansa bias gender
dalam Bible, ketika menceritakan penyebab turunnya Adam dan Hawa adalah karena
godaan Hawa, dalam kejadian, 3:12:
"Manusia
itu menjawab: "Perempuan yang kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi
dari buah pohon itu kepadaku, maka ku makan."
Feminis
muslim menyatakan, bahwa al-Qur'an menyatakan objek godaan adalah Adam dan Hawa
secara bersamaan, sedangkan sebagai subjek adalah setan, karena al-Qur'an
selalu menggunakan kata ganti dua orang (huma) dan tidak pernah
menggunakan kata ganti tunggal. Akan tetapi dalam Bible, sebagaimana disebutkan
dalam kejadian, 3:12, menyatakan sebaliknya, bahwa objek godaan adalah Adam,
dan yang menjadi subjek penggoda adalah Hawa.[12] Dari
sini kemudian feminis muslim meng-klaim bahwa teks Bible dalam menceritakan
penyebab turunnya adam dan Hawa penuh dengan nuansa bias gender, yang
pada akhirnya Hawa adalah penyebab terjadinya dosa asal (origin sin).
Penafsiran
feminis muslim, bahwa Hawa merupakan
penyebab oroginal sin di
atas, harus ditelaah ulang dengan cara analisis-komparatif antara teks
al-Qur'an yang dijadikan pegangan
feminis muslim, dengan bunyi teks yang terdapat dalam Bible secara objektif-komprehensif
dan dengan membuang mind sett yang membawa free undestunding
terhadap teks yang berbau miseogenis. Hal ini agar tiadak terjadi pemaksaan
dalam pemahaman terhadap suatu teks.
Dalam
al-Qur'an memang dinyatakan bahwa penyebab turunnya mereka berdua adalah setan,
sebagaimana dalam Q.S. al-A'raf: 20-21 dan Q.S. Thaha: 120. Sedangkan dalam Bibel penyebab pertama adalah ular.
Terlepas apakah dalam teologi Islam, ular ini ditafsirkan sebagai setan atau
bukan dan keberadaan ular dalam kisah ini dapat diakui keberadaannya dalam
teologi Islam, kanan tetapi dari sini terlihat jelas dalam teks Bible dan
al-Qur'an sama-sama memiliki kesamaan, bahwa Hawa bukan merupakan penyebab
turunnya Adam dan bagi dirinya sendiri dari surga. Yang membedakan dalam
al-Qur'an adalah setan sebagai subjeknya, sebagaiman dalam Q.S. al-A'raf: 20-21
dan Q.S. Thaha: 120. Sedangkan dalam Bible ular adalah sebagai subjeknya,
sebagaimana dalam Kejadian,3:1-2:
"Adapun
Ular ialah yang paling cerdik dari segala bintang di darat yang dijadikan oleh
TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah
berfirman: semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?
"Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam
taman ini boleh kami makan." (Kejadian, 3:1-2).
Akan
teapi kedua teks tersebut secara tekstual tidak pernah menyebutnkan bahwa Hawa
sebagai merupakan seubjek penggoda.
Dalam al-Qur'an dan
Bible pun keduanya bahkan sama-sama
menjadi objek. Sebgaimana dalam Q.S. al-A'raf: 20-21 dan dalam Kejadian,
3:12-13. Hanya saja Hawa dalam Bible digoda oleh ular terlebih terlebih dahulu.
Kalau pun dalam Bible Adam mengaku bahwa dirinya digoda oleh Hawa, itu bukan
berarti Hawa sebgai penyebab, sebagaimana dalam Kejadian, 3:12, karena pada ayat yang lain dalam pasal Kejadian,
3:13:
"Kemudian
berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kau
perbuat ini?" jawab perempuan itu; "Ular itu yang memperdayakan aku,
maka ku makan."
Hawa pun mengaku
dirinya juga merupakan "korban" godaan ular, kemudian
"berkelindan" atas ketidak bersalahnnya, karena Hawa juga sama-sama
menjadi objek godaan ular.
Dilihat dari objek hukuman yang diberikan dalam al-Qur'an dan
Bible setelah mereka melanggar memakan buah pohon terlarang dalam surga pun
memilki kesamaan. Objek hukuman tersebut juga diberikan tidak hanya pada Hawa,
akan tetapi juga terhadap setan (dalam al-Qur'an) dan kepada ular (dalam Bible)
sebgaimana dijelaskan dari persamaan dan perbedaan obejek hukuman Tuhan di
atas. Hanya saja konten hukuman yag ada dalam al-Qur'an dan Bible berbeda. Hal
ini menujukkan, bahwa Hawa bukan sebgai seserang yang paling bersalah dan sebagai
subjek penggoda, melainkan sebgai objek (korban). Kalau Hawa sebgai penyebab
tentunya hukuman Tuhan tidak akan diberika kepada ketiga pihak, yaitu Adam,
Hawa dan setan (dalam al-Qur'an) atau ular (dalam Bible).
Dari pemaparan di atas,
adanya anggapan bias gender oleh feminis
muslim dalam Bible, melalui paradigma "kesetaraan gender" al-Qur'an
terkesan memaksakan penafsiran. Karena sebetulnya setelah dikaji melaui
analisis-komparatif, baik dalam al-Qur'an dan Bible tidak pernah ada penyataan bahwa
Adam dan Hawa sebgai penyebab turunnya Adam dan Hawa dari surga.[13]
Kajian ini bukan bermaksud meletakkan posisi penulis dalam posisi simpati dan
antipati, melainkan penulis berusaha melihat persoalan ini lebih kepada posisi
empati, untuk mendapatkan pemaknaan yang paling tidak inter-subjektifis,
terlepas dari persoalan yang berkaitan dengan keyakinan.
D.
Ular dalam Bible: Upaya
Mencari Nilai Ideal Moral
Kisah pemeran aktor
sebgai ular dalam Bible, meskipun tidak dapat diakui "kebenarannya"
dalam teologi Islam dan feminisme muslim, karena kisah tersebut diangap sebgai
kisah "israili" yang a histori. Akan tetapi dengan
melihat dari kisah sang aktor yang
berperan sebagai ular dalam Bible , dapat diambil sebuah nilai ideal moral-nya.
Ular dalam Bible adalah "simbol" kelicikan, daya tipu dan kecerdikan
retorika, sebetulnya menggambarkan akan kehidupan di dunia ini memang penuh
dengan sesuatu yang menipu, yang dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam
tipuan yang ada.
Sipakah ular dalam
kisah ini memang tidak pernah disebutkan dalam al-Qur'an, akan tetapi itu
merupakan "simbol" yang masih dapat diambil nilai ideal moral-nya.
Dalam kehidupan teologi
keberagamaan baik dalam Islam maupun Kristen, selayaknya melakukan kajian yang
mendalam dan objektif terhadap persoalan
teologis, agar kajian yang dilakukan tidak
hanya berdasarkan keyakinan masing-masing. Meskipun persoalan tentang
“dosa asal” yang terdapat dalam Bible dan al-Qur’an merupakan persoalan yang
“kadaluarsa”, akan tetapi paling tidak kita dapat belajar bagaimana seharusnay
nilai ideal-moral yang ada pada persoalan tetrsebut dapat “dibumikan” menjadi
sebuah kesadaran keberagamaan Islam dalam ruang publiknya yang sangat plural.
E. Kesimpulan
Dari pemapran kisah
turunnya Adam dan Hawa perspektif feminis Muslim di atas, menimbulkan implikasi
terhadap cara pemahaman teks secara objektif-komprehensif, tidak berada
dalam posisi pembaca yang simpati dan tidak pula antipati, malainkan empati,
agar tidak terjadi penafsiran yang subjektif dan parsial karena memandang teks
tertentu dengan free anderstandig terlebih dahulu,sehingga terkesan
'memerkosa' teks, terlepas dari persoalan yang mnyangkut sebuah keyakinan.
Dari pemaran tersebut
di atas juga dapat kita ambil sebuah pelajaran tentang cara keebragamaan yang
melihat suatu persoalan dengan cara minimal mengkonfirmasi untuk mandapatkan
data yang bersumber intersubjektif, sehingga Islam benar-benar mampu “membumi”
sebagai ajaran yang rahmatan li al-‘alamin dan shalih li kulli zaman
wa makan dalam ruang public secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zahabi, Muhammad Husain al-Tafsir
wa al-ufasirun, Kairo:Dar
al-Hadis,2005
Baidhawi, Ahmad.
"Prinsip Dasar dan Perbincangan Tafsir Feminisme" dalam Jurnal
Ilmu-ilmu Ushuluddin Esensia,
Vol.11, No. II, 2010.
Lembaga
Al-Kitab Indonesia, Al-Kitab, Jakrata: Lembaga Al-Kitab Indonesia, 2005.
Mustaqim, Abdul Pergeseran Epistemologi Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Umar,
Nasaruddin "Teologi Menstruasi: Antara Mitologi Dan Kitab Suci,"
dalam Jurnal studi Gender dan Islam: Musawa, Vol. 5, No.1, Januari 2007.
[1] Mahasiswa Pasca
Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarata.
[2]Muhammad Husain
al-Zahabi, al-Tafsir wa al-ufasirun, (Kairo:Dar al-Hadis,2005),hlm.147-148.
[3] Ahmad baidhawi,
"Prinsip Dasar dan Perbincangan Tafsir Feminisme" dalam Jurnal
Ilmu-ilmu Ushuluddin Esensia,
Vol.11, No. II, 2010.
[12] Penafsiran semacam
ini terdapat dalam sebuah artikel tentang kajian feminisme, dalam konteks
pemebicaraan tentang "teologi menstrusi" yang di kaji dari aspek
mitologi dan kitab suci. Lihat: Nasaruddin Umar, "Teologi Menstruasi:
Antara Mitologi Dan Kitab Suci," dalam Jurnal studi Gender dan Islam:
Musawa, Vol. 5, No.1, Januari 2007.
[13] Sebaliknya
dalam al-Qur’an pun ayat-ayat yang berbicara soal dosa yang dilakukan Adam dan
Hawa justru telah mengoreksi mitos yang berkembang, baik mitos tersebut berasal
dari penafsiran yang berbau cerita
israili maupun tafsir “sensitif gender”. Koreksi yang terdapat dalam al-Qur’an
tersebut adalah bahwa Hawa bukanlah sumber “fitnah”, lihat: Abdul
Mustaqim, Pergeseran Epistemologi
Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), hlm. 125.
Komentar
Posting Komentar